Author: Alfiana D. Puspita
Genre: Adventure, Horror, Humor, Mystery, Romance, Supernatural, Suspense
Rating: T
Warning: Disclaimer, Songfic, Deathfic, OC, Fanservice, Read and Review
Length: Chaptered
Note: Ini fanfic pertamaku, jadi masih belum terlalu terbiasa. Maaf kalau ada halx2 yang ganjil/membingungkan, namanya juga manusiawi -_- (Mohon kritik dan sarannya)
Di dalam salah satu kamar di studio, bisa dibilang ruang bersantai tapi kurasa kalau dibilang seperti itu juga engga pas karna di ruangan yang bisa kubilang luasnya 2 kali dari kamar tidurku di apato*, dipenuhi dengan perabotan mewah. Karpet yang empuk. Sofa besar yang muat untuk 4 orang dengan 2 sofa kecil plus meja kaca yang sangat cantik. 3 Rak buku besar yang menempel ke dinding dengan berbagai macam buku, dari yang berkaitan dengan musik dan seni sampai novel dan komik. Dapur yang minimalis plus dengan barnya. Serta beberapa gitar dan bass milik Aoi, Uruha, dan Reita yang disusun rapi ditempat masing-masing dan tentu saja 1 set drum milik Kai. Yup, ini ruangan pribadi mereka dimana mereka akan melepaskan penat dan rasa lelah mereka setelah seharian penuh mempersiapkan lagu-lagu baru yang di siapkan untuk para fansnya.
Apato : Apartemen
Sugoi : Luar biasa
Di dalam salah satu kamar di studio, bisa dibilang ruang bersantai tapi kurasa kalau dibilang seperti itu juga engga pas karna di ruangan yang bisa kubilang luasnya 2 kali dari kamar tidurku di apato*, dipenuhi dengan perabotan mewah. Karpet yang empuk. Sofa besar yang muat untuk 4 orang dengan 2 sofa kecil plus meja kaca yang sangat cantik. 3 Rak buku besar yang menempel ke dinding dengan berbagai macam buku, dari yang berkaitan dengan musik dan seni sampai novel dan komik. Dapur yang minimalis plus dengan barnya. Serta beberapa gitar dan bass milik Aoi, Uruha, dan Reita yang disusun rapi ditempat masing-masing dan tentu saja 1 set drum milik Kai. Yup, ini ruangan pribadi mereka dimana mereka akan melepaskan penat dan rasa lelah mereka setelah seharian penuh mempersiapkan lagu-lagu baru yang di siapkan untuk para fansnya.
Di ruangan ini, orang-orang yang ada di dalamnya hanya aku,
Ruki, Kai, Aoi, Uruha, dan Reita. Sesampainya kami di studio dari rumah sakit,
kami bergegas keruangan ini dan langsung mengunci pintu. Ruki pun memasang
wajah sebel sambil meminum kopi yang baru saja kubuatkan untuknya. Kai duduk di
salah satu sofa kecil dengan memasang wajah tersenyum, walaupun aku tau itu
senyuman terpaksa. Aoi masih merasa syok dan ketakutan, duduk bersama Uruha di
sofa besar dan aku rasa Uruha berusaha menenangkan Aoi. Lalu aku dan Reita….
“UWO!? Jadi ini yah yang namanya hantu! Coba aku
pegang—Wahhhh… tembus, tembus loh!?” kata Reita dengan penuh semangat.
“Sugoiiiii*! Ne*, ne, coba kamu gigit mochi* ini, bisa engga?
Ohhhh! Engga ada bekas gigitannya… kamu bisa ngerasain engga mochinya? Oh,
engga terasa ya. Yah… kamu engga salah sih, kan kamu memang sudah mati.” Ucapku
dengan penuh antusias.
Sekarang aku dan Reita sedang berinteraksi dengan teman Ruki,
Tatsuya, yang baru saja meninggal karena terpeleset dari beranda atap
rumahnya yang ada dilantai 5. Loh? Kalian bingung kok kami bersama dengan
Tatsuya sedangkan tadi aku bilang hanya ada aku dan para anggota The GazettE?
Kan tadi aku bilang ‘orang-orang’, nah dia kan hantu, sudah bukan orang lagi
kan? Aku dan Reita pun dengan rasa keingin tahuan yang tinggi mencoba hal
ini-itu ke teman Ruki ini. Akhirnya, Ruki sudah kehilangan kesabarannya pun
angkat bicara.
“Kalian berdua!? Kalian minta ditabok kursi ya! Hentikan
melakukan hal-hal yang bodoh!”
“Ihh… kenapa juga? Toh Tatsuya-san juga engga keberatan,
yakan Tatsuya-san?” Balasku dan langsung kembali melakukan hal konyol bersama
Reita dan Tatsuya.
“Kamu juga Tatsuya!? Ngapain kamu disini? Mengikuti kami
sampai kestudio, kamu kan sudah mati, sana balik ke alammu.” Bentak Ruki yang
sudah tidak tertahankan lagi.
“Ehhh… aku juga engga tau tuh, tiba-tiba aku sudah ada
di rumah sakit. Aku kebingungan kok engga ada yang bisa liat maupun dengar aku
ngomong. Tapi, pas aku keluar ruangan aku langsung ketemu teman-temanmu dan
mereka bisa melihatku dan mendengarku. Yah… aku ikuti kalian lah! Aku kesepian
tau engga ada yang pedulikan aku.” Curhat Tatsuya.
“Ma-ka-nya, ngapain kamu meladenin kemauan mereka!!!” Teriak
Ruki. Dimana aku, Reita, dan Tatsuya sedang bergantian berpose-pose didepan
kamera, yang sayangnya, hasilnya Tatsuya engga keliatan difoto manapun.
“Ke—kenapa dia masih mengikuti kita? Bukan, KENAPA KITA BISA
LIAT DIA??!” Kata Aoi penuh histeris.
“Sudah, sudah, engga apa-apa Aoi. Engga apa-apa…” Kata Uruha
berusaha menenangkan Aoi dengan mengelus-ngelus kepalanya, ikh! Aku iri
><
“Oh aku baru ingat, Aoi kan takut sama hantu. Makanya dia
dari tadi engga ngomong sama sekali pas kita di mobil.” Kata Kai menyimpulkan.
“Mau ngomong apa juga! Masa aku mau bilang ‘Wah… hantu
temannya Ruki mau ikut ke studio juga ya… mau lihat kami rekaman ya?’ KAI…
BAKA!”
“Aku juga baru ingat… Tatsuya, sana duduk disamping Aoi.”
Perintah Reita.
Dengan sigap Tatsuya pun mengarah ke Aoi dan berusaha
membuat gerakan khas hantu difilm-film horror, berjalan perlahan sambil
menundukkan kepala. Tentu saja, sontak Aoi langsung berdiri di atas sofa dan mulai
memasang kuda-kuda untuk pengusiran hantu, tentunya khas film horror.
“Liat nih! Aku pegang salib! Pergi sana roh jahat, jangan
mendekat!?”
“Hmm? Engga ngefek tuh. Aku engga ngerasain apa-apa” jawab
Tatsuya dengan entengnya.
“Oh mungkin, karna salibnya engga dibacain doa dulu makanya
engga ngefek.” Kata Kai kembali menyimpulkan.
“Ngapain juga kamu nyimpulin, Kaiiii!!!” Teriak Ruki penuh
kegemesan.
“Ka—kalau begitu, naumanku san bandarasai--” Aoi pun mulai
komat-kamit melantunkan doa-doa yang kurasa itu doa biksu budha yang ingin
mengusir hantu, tentunya dari film horror, lagi.
“Engga ngefek juga tuh!” Kata Tatsuya penuh kemenangan.
“Mungkin kamu salah ngucapinnya, aku rasa ada yang salah
sama kata-katanya.” Kata Uruha menyimpulkan.
“Oh… gitu ya” sambung Aoi sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Argh!? Kalian bertiga sama aja begonya!!!?” Teriak Ruki
penuh kemarahan.
Dan akhirnya, kami menghabiskan 3 jam lebih dengan melakukan
hal-hal konyol dan berteriak sana-sini.
Sementara itu, diluar ruangan. Semua
staff yang lalu-lalang disekitar kamar kebingungan dengan apa yang kami
lakukan. Mereka semua berpikir, ‘mungkin mereka lagi melepas stress’ dan para
staff pun memutuskan untuk tidak mengganggu kami.
~TBC~
Apato : Apartemen
Sugoi : Luar biasa
Ne : Hei
Mochi : Makanan khas Jepang, berbentuk bulat dan biasanya berisi kacang merah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar